gak cuma yang kena Covid-19, yang kena mental health issue / illness selama pandemi ini makin deket aja circlenya.

Sebagai (self-proclaimed) pengamat dan praktisi sports event, menurut gw Jokowi (dan timnya) sukses menempatkan dirinya dengan pas.

Gak norak kayak pejabat biasanya di PON, gak juga keliatan kurang knowledge.

Padahal waktu persiapan yg keliatan tau banyak itu Ahok dan Alex Noerdin.

Setelah melihat 2 match pria dan 2 match wanita, yg wanita jauh lebih seru krn bola yg lebih lambat menghasilkan lebih banyak opsi permainan.

Tapi nonton yang wanita agak risih karena (gak perlu dipungkiri) pakaiannya menarik bapak2 (gendut) untuk duduk paling depan dengan SLRnya. Otak gw malah sibuk judging.

Ngeliat Twitwar soal (kabarnya) penerima LPDP yang mendukung gerakan separatis ini, kok gw merasa:

Orang2 yang ngaku2 NKRI ini kok gak paham bentuk si OPM ya?

"Know your enemy" nya gak dilakukan.

Beneran mau nangis liat komentar2 soal kontroversi ini. Kok bisa sodara seagama gw ini menghina sodara seagama lainnya serendah itu.

Padahal biasanya gak triggered soal cebong2an ini.

Yang berpendidikan dan tinggal di Jerman di kota asal gerakan anti imigran islam sebagai imigran islam aja ngepostnya kayak begini.

Gagal puasa hari ke-2 gara2 bukber dan kelewatan bus.
Dengan Buka 9.30, Imsak 3.00 gw berencana:

berapa orang Iran yang dikenal pembuat status/komen FB dan tweet2 "Awas Syiah" "Quraish Shihab syiah" dll?

nge-request follow instagram sepupu yang jarang ketemu.
Di follow balik, tapi request-nya gak di accept.
Bikin curiga

Ternyata Dresden itu keren. Ngerandom 48 jam 1200-an KM ini worthed juga. )