IrfansyahA
7 years ago
Yang berpendidikan dan tinggal di Jerman di kota asal gerakan anti imigran islam sebagai imigran islam aja ngepostnya kayak begini.

latest #12
IrfansyahA
7 years ago
Sedikit research ke bagian Friends nya dengan cara random sampling dan nyari nama pasaran, kayaknya lingkungan hidup dia malah jadi 'echo chamber' pemikirannya.
IrfansyahA
7 years ago
Jadi gak valid yang bilang, (terduga) fasis-fasis itu harus traveling biar pikirannya terbuka.

Yang ada malah merasa jadi paling bener pas ngeliat fasis-fasis Eropa atau jadi korban rasialisme.
IrfansyahA
7 years ago
Padahal tindakannya di kampung halaman ya sama aja.
立即下載
kalo gue perhatiin ya ta, yg aslinya di Indo udah kayak gitu, kalo ke luar negeri justru makin menjadi-jadi. Bener kata lo, ada semacam echo chamber atas pemikiran-pemikirannya dia, bukannya malah menjadi makin terbuka karena so-called 'jalan-jalan'. Hal yang sama juga gue rasakan kok di sini.
Lo bayangin aja, yg tipe kayak gitu kalo di Australia sini nyari kosannya maunya daerah yg isinya orang Islam walaupun itu letaknya 20 km dari kampus gue (daerah imigran Middle Eastern, Pakistan, Bangla), gimana nggak makin-makin.
Menurut gue orang2 begitu sudah keburu menutup pintu 'open-minded' dengan menciptakan batasan2 atas nama menjaga kualitas iman semenjak pertama kali dateng. Akhirnya mereka gak bisa embrace keterbukaan secara jernih, apalagi buat ngehargain perbedaan.
Mojito™
7 years ago
kok sebel sih
IrfansyahA
7 years ago
cahyadiargo: nah itu reply kedua lo pengejawantahan dari 'echo chamber' yg gw maksud. Gw gak nemu friend facebooknya caucasian satupun, nyari nama Chris, Patrick & Maria pun nihil. Non-Indonesia yg ketemu kayaknya Islam2 Afrika Utara.
IrfansyahA
7 years ago
rahmaut: gw sebel banget liatnya. Harusnya dia jadi manusia yg memberi contoh temen2nya yg gak berkesempatan melihat perbedaan, tapi malah jadi pengusung.
reiiputt
6 years ago
Ini bukan yg orang Dresden itu kan? Wkwkwk
IrfansyahA
6 years ago
Iya yang orang Dresden itu reiiputt
reiiputt
6 years ago
Yah itumah sakit jiwa
back to top