Aku tak pernah ingin belajar melupakan. Tapi kali ini aku harus melakukannya. Ya. Keadaan dan harapan kosong yang memaksa aku harus melupakan perasaan itu. Sesegera mungkin.
Tuhan. Aku hanya ingin memperbaiki hati ku yang remuk. Aku sadar dia tidak akan kembali sempurna. Tapi aku tahu Engkau Maha Sempurna. Maka sempurnakanlah seperti sediakala.
Malam ini aku mulai lagi, menangis sejadi-jadinya. Aku lemah lagi setelah tak sengaja melihat halaman "home" pada facebook. Kalimat itu. Kalimat yg sama, yg pernah dia ucapkan dulu. Tuhan. Sakit sekali.
Pelangi yang indah tercipta perlu menunggu matahari dan hujan bertemu, begitu juga kebahagiaan. Kamu perlu melewati beberapa ujian hingga mencapai titik itu, Fik! Kuatlah! (SMS ini, berkali-kali kubaca)
Ambil wudhu, dirikan sholat, mengadulah sepuasnya, berceritalah semaumu kepada Dia Sang Maha Pembolak Balik Hati... Tersententak kalimat saya termuntahkan, saya diam lg setelah itu!
Di depan saya ada seorang sahabat yang sedang menangis, saya hanya bisa bungkam seribu bahasa. Karena saya sadar saya tidak pernah menangis di depan seorang sahabat karena perih hati. Dan sekaeang saya bingung.
Seharusnya tak boleh sedih seperti ini, seharusnya tidak ada air mata lagi, seharusnya berhenti memikirkan kamu. Karena terlalu banyak beban dipunggungku termasuk rasa sakit dan rindu ini.