Kamu terus bermain petak umpet, padahal yang lain ingin bernyanyi bersama. Kamu terus tidur, padahal kita ingin berjemur di pantai.
Diluar rintik hujan, didalam hati nuasa kelam. Kemana diri hendak berlari?
Bunyi-bunyian hewan malam membentuk irama yang membius pada titik tertinggi gairah manusia, begitu tidak seimbang, begitu menyenangkan.
Dalam kepalanya suara-suara itu terus mendengung. Sementara kesadarannya belum pulih juga. Darahnya mengalir deras dari hidung dan mulutnya.
petir mengledek, sementara perut terasa memelas. prot... duar... prot... duar... kentut dan petir bersautan.
Ia berpikir keras, dalam benaknya sekarang hanya ada satu keinginan, adalah menumbangkan tirani.
Kini saat untuk mengatakan dimana dirinya berada. Saat kondisi tidak menentu tentu saja hanya dua pilihan, bertahan atau terbinasakan.
Kini ia menguatkan diri untuk berdiri tegak. Sobekan pada perutnya mengeluarkan darah yang mengental. Ia sempat berkata, "jangan menyerah."
ia menghisap sigaretnya dalam-dalam, kemudian berteriak, "enyah kau sundal!"
perempuan lajang, sundal, itu menghisap habis air liurnya sendiri... ia sekarang sekarat dengan sisa hidup yang berkarat...