(19) suatu saat 20 kalimat ini mungkin dicari, dibuka kembali, lalu menjadi tawa canda diantara kalian. namun, saya kembali bukan dengan tangisan. saya bahagia. saya bersyukur.
(18 ) menatapmu esok pagi bahkan aku berpikir untuk mengakhirinya malam ini. kembali pada saya. saya harus mengatakannya, kebenarannya. saya harus merasa sakit, saya harus mengatakan kebenarannya
(17) aku meletakkan hati ku pada gengsi ku, dan hatimu pada dirinya. "aku ada potensi nggak, instingmu katanya kuat?" "ada!" "kalau begitu omonginlah ke dia?"
(16) bolehkah aku bercerita tentang diriku, aku bermasalah dalam mental. aku idiot dan aku tidak dapat melakukan apa-apa tanpa orang lain. aku mencari bagian yang benar berada di tempatnya untuk aku meletakkan di tempat yang salah
(15) pada titik ini, aku benar-benar merasakannya. sakithati terbesarku. mengetahui bahwa aku selalu memiliki kesempatan, namun jarang sekali ku ambil. aku selalu memiliki bagian itu, namun apakah aku mematahkannya?
(14) "kamu pernah sakit hati nggak? rasanya kalau kamu nafas sakit sampai ulu hatimu" "aku pernah sakit gitu, karena maag" apakah aku sedang bergurau? atau kau mendengar suaraku yang surau?
(13) apakah karena aku hidupku sangat susah dimengerti, siapa yang kamu tau, aku tau, kamu lihat, dan aku rasakan. apakah kamu benar-benar bisa tahu? aku merasakannya
(12) saya tidak tahu, perasaan saya campur aduh. saya harus tetap berbicara. meski pundak saya mengalami penurunan fungsi, bibir saya mengering, dan mata saya berair. "Sejak kapan mas? he thanks to me mas, kalo bukan aku hidupmu tidak akan semudah ini"
(11) "SHIFA?" "Iya benar!" saya harus tersenyum. "Instingku beneran kuat kan mas? instingku kuat kan mas? admit it!!!"
(10) rasanya saya harus menghilang untuk beberapa saat, mendengarkan lebih perih dibanding tenggorokan saya yang kering saat menarik nafas. saya harus menebak, namun saya sukar menyembunyikan nama saya.