Kosong. Ketika rasa menghuni ruang ketidakberdayaan. Bahkan, gelisah pun tak terendus penciuman. Setitik tanda pun melintas lalu.
Apakah langkahku harus ditentukan di detik terakhir, ketika keputusasaan merajuk belas kasih & mengiba.
Apakah kata tlah mati dalam bejananya? Telanjang membuka dirinya, tapi hilang maknanya dalam kesenyapan masa.
Sadarku makin nyata. Tak berhak lagi aku bertanya. Biarkan saja lirih yg angkat bicara.
huh... huh... banyaknya ini debunya plurk
Karena hanya mimpi yang bisa mengingkari kenyataan.
Redup & terang. Getaran rindu itu menyala terang berulang kali, lalu redup sesekali. Bawa serta gelisahku bila kau ragu. Rasakan getar pilu.
Sepersekian detik, kau hinggap. Memangsa hiruk pikuk pikiranku. Maaf, jika lidahku kelu menyebut terang kata rindu. Maaf.
Bersandar pd rapuhnya kesendirian. Menilas lg kepak sayap menjamu yg membatu dlm cetak biru kenangan.
Di kilometer tanpa nama, tiba-tiba kuingat segalamu. Menghasut getar, menampar nalar, & tepikan ingkar. Lalu, terbitlah rindu.