Saya mau mengkritik yang nulis artikel ini. Penulisnya terlalu fokus membanding-bandingkan apa yang memang ga cocok untuk dibandingkan, kecuali tigapagi dan banda neira mengklaim mereka mau bersaing dengan penyair-penyair pujangga baru/lama. Kalau memang ingin mengkritik lirik, tunjukkan liriknya dan analisis di tempat.
Masalah lirik berangkat dari emosi itu juga subjektif banget. Kalau ga kena ya berarti memang liriknya sedang tidak mewakili emosi penulis saat itu, tapi pasti bisa mewakili emosi orang lain selain penulis, contohnya saya.
herpiko: saya nggak bilang tuliaan ini menggugah, tapi di paragraf akhir tulisannya ada "yang seni lahir dari sepi, sedih, marah." Itu jadi pertanyaan buat saya sbnrnya seni seperti apa yg menggugah. Drivenya apa
Kalo yg lain2 mungkin lebih pas dialamatkan ke penulisnya. Tapi saya gak melihatnya sbg analisis yg mewakili perasaan penulis. Lebih ke soal dia membandingkan sajak tigapagi yg katanya penuh kegelisahan, dgn penulis lain yg sajaknya senada. Dan menurut dia sajaknya 3pagi gak punya kegelisahan itu